Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

OPINI PAGI : “Bandung Maju”: Strategi Kepemimpinan Farhan Menjawab Persoalan Kota

 Opini Pagi

“Bandung Maju”: Strategi Kepemimpinan Farhan Menjawab Persoalan Kota

Oleh : Pengamat Kebijakan Publik dan Politik R. Wempy Syamkarya, S.H., M.H.

Kota Bandung kerap dipersepsikan sebagai kota kreatif, ramah, dan berbudaya. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Bandung juga menghadapi realitas pahit: kemacetan yang kian parah, penurunan kualitas lingkungan, hingga melemahnya kepercayaan publik terhadap tata kelola pemerintahan kota. Dalam konteks inilah, kepemimpinan Wali Kota Farhan diuji—bukan sekadar sebagai administrator, melainkan sebagai figur “Bapak Bandung” yang mampu memberi teladan dan arah.

Pengamat Kebijakan Publik dan Politik
R. Wempy Syamkarya, S.H., M.H.

Kepemimpinan kota modern menuntut lebih dari sekadar kebijakan teknokratis. Seorang wali kota harus memahami culture kota yang dipimpinnya serta mengenali karakter dan aspirasi warganya. Pemahaman sosial-kultural tersebut menjadi kunci dalam pengambilan keputusan yang tepat, relevan, dan berkeadilan. Ketika masyarakat merasa didengar, kepercayaan publik (public trust) terhadap pemerintah akan tumbuh secara alami.

Farhan dituntut untuk hadir di ruang publik, menyatakan sikap, dan mengajak warga terlibat langsung dalam pembangunan kota. Kepemimpinan partisipatif bukan pilihan, melainkan kebutuhan. Tanpa keterlibatan masyarakat, kebijakan hanya akan menjadi dokumen administratif yang jauh dari realitas. Paradoksnya, jika pendekatan ini diabaikan, sulit berharap kepemimpinan dapat bertahan lama dan kuat secara legitimasi.

Gagasan “Bandung Maju” dapat menjadi payung besar strategi kepemimpinan, dengan menurunkannya ke dalam program-program konkret berbasis partisipasi publik. Setidaknya, terdapat tiga inisiatif strategis yang patut dipertimbangkan.

Pertama, Bandung Berbagi—sebuah program sosial yang melibatkan warga dalam aksi solidaritas, mulai dari bantuan sembako, kepedulian terhadap kelompok rentan, hingga respons terhadap dampak ekonomi. Program ini bukan sekadar amal, tetapi instrumen penguatan kohesi sosial di tengah kota yang semakin individualistik.

Kedua, Bandung Gotong Royong, yang menghidupkan kembali nilai kolektif dalam menjaga kebersihan dan keindahan kota. Pengalaman berbagai kota menunjukkan bahwa program gotong royong mampu meningkatkan rasa memiliki warga terhadap ruang publik sekaligus memperbaiki kualitas lingkungan secara berkelanjutan.

Ketiga, Bandung Inovatif, yakni ruang bagi masyarakat untuk berkontribusi melalui ide dan solusi kreatif atas persoalan kota, mulai dari kemacetan, polusi, hingga pengelolaan sampah. Penelitian tentang inovasi sosial menegaskan bahwa partisipasi warga dalam inovasi kebijakan mampu menghasilkan solusi yang lebih adaptif dan efektif (Harvard Business Review).

Sejumlah studi tentang pengembangan komunitas juga menunjukkan bahwa keberhasilan program sosial sangat ditentukan oleh tingkat partisipasi masyarakat (Journal of Community Development). Dengan demikian, ketiga program tersebut tidak hanya bersifat simbolik, tetapi berpotensi memperbaiki relasi pemerintah–masyarakat secara substantif.

Namun, secara spesifik dan krusial, persoalan yang harus menjadi prioritas utama adalah kemacetan dan transportasi perkotaan. Kemacetan berdampak langsung pada produktivitas ekonomi, kualitas udara, kesehatan masyarakat, serta kualitas hidup warga Bandung secara keseluruhan.

Solusi yang dapat ditempuh antara lain peningkatan infrastruktur transportasi publik seperti Bus Rapid Transit (BRT) atau Light Rail Transit (LRT), optimalisasi manajemen lalu lintas berbasis teknologi smart traffic management, serta mendorong penggunaan transportasi ramah lingkungan seperti sepeda dan berjalan kaki.

Penyelesaian masalah transportasi tidak hanya soal mobilitas, tetapi juga tentang keadilan ruang kota dan masa depan Bandung yang berkelanjutan. Dengan kepemimpinan yang inklusif, partisipatif, dan berbasis inovasi, Bandung bukan hanya dapat “maju”, tetapi juga kembali menjadi kota yang dicintai warganya.

Tulisan ini diharapkan menjadi bahan diskusi dan kajian bagi para pemangku kebijakan Pemerintah Kota Bandung, agar pembangunan ke depan lebih masif, terarah, dan berpihak pada kepentingan publik.***




Posting Komentar

0 Komentar